Judul Buku : Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali
Jenis Novel : Novel Fiksi / Novel IslamiPenulis : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : AsmaNadia Publishing House
Tahun Terbit : September 2011 (Cetakan Kedua)
Jumlah Halaman : 245 Halaman
Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali merupakan lanjutan dari cerpen legendaris yang dimuat di Majalah Annida pada tahun 1993.
awalnya berjudul Ketika Mas Gagah Pergi. KMGP –singkatan cerpen ini-
dianggap sebagai pelopor kebangkitan Sastra Islam Kontemporer di
Indonesia kala itu yang kemudian diterbitkan dalam bentuk novel pada
tahun 1997 dan sampai sekarang tercatat sudah lebih dari 15 kali
penerbitan ulangnya. Di dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali
terdapat 15 cerpen pembangun jiwa, dan kisah tentang Ketika Mas Gagah
Pergi dan Kembali berjumlah 64 halaman.
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis belia, Gita Ayu Pratiwi yang sangat dekat dengan saudara kandung satu-satunya, Gagah Perwira Pratama, biasa dipanggil Mas Gagah adalah mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia semester tujuh. Gita sangat bangga dan menyukai Kakaknya tersebut karena sosoknya yang sangat baik, cerdas, tidak pernah meninggalkan shalat, periang dan tentu saja ganteng. Menurutnya,
tidak ada yang tidak menyukai Mas Gagah, dari keluarga atau tetangga,
nenek atau kakek, orang tua dan adik kakak teman-temannya menyukai sosok
“Gagah” tersebut.
Kedekatan Gita dan Mas Gagah berubah ketika Masnya pulang dari Madura, Mas Gagah bertemu dengan seorang Kiai yang membawanya menjemput hidayah Allah. Gagah yang dulu suka jalan-jalan, nonton konser music, selalu bernampilan ala coverboy, humoris dan pencinta music rock
benar-benar berubah. Bahkan Gita yang merupakan cewek tomboy yang
sangat cuek penampilannya mulai merasa gawat ketika Masnya sudah tidak
mau bersalaman dengan perempuan. Inilah Gita, salah satu dari banyaknya
remaja gadis yang dalam masa pencarian jati diri.
Ia menganggap apa yang Masnya lakukan adalah suatu hal yang aneh. Ia
merasa kehilangan sosok Mas Gagah yang selalu ia banggakan. Sampai
pada saat ia mulai belajar memahami tentang kebiasaan baru Masnya
dengan membaca buku dan berdiskusi. Perlahan ia merasa hidayah mulai
menghampirinya, dan Mas Gagah yang sempat hilang ia rasakan telah kembali. Kehendak
Allah berbicara lain. Mas Gagah yang sedang pergi mengemban tugas
dakwah meninggal dunia dikarenakan bentrok massa. Ia benar-benar
kehilangan sosok Mas kebanggannya.
Satu
tahun kemudian Gita mulai bisa mengikhlaskan kepergian sosok Mas Gagah.
Namun, ketika ia mulai mengikhlaskan, ia bertemu dengan sosok Lelaki yang
selalu menggunakan kemeja kotak-kotak. Hampir disetiap kesempatan ia
selalu bertemu dengan sosok tersebut, di bus, gerbong kereta api,
restoran, Universitas Indonesia sampai panti-panti. Lelaki berkemeja kotak-kotak tersebut selalu berdiri di tengah kerumunan orang banyak menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sampai pada akhirnya Gita ingin mencari tahu tentang lelaki itu.
Lama
setelah kejadian tersebut, Gita sudah tidak pernah bertemu dengan sosok
berkemeja kotak-kotak, sosok yang punya andil dalam keislamanan Gita.
Gita telah menjadi muslimah sejati dan ia berniat ingin mencari
pekerjaan setelah lulus kuliah. Gita mulai mencari pekerjaan walau ayahnya mempunyai
perusahaan sendiri. Ketika ia menemukan pekerjaan dan mulai melakukan
wawancara, ia bertemu dengan sosok yang tidak pernah ia sangka
sebelumnya, Si Kemeja Kotak-Kotak, yang merupakan Direktur perusahaan tempat Gita melamar pekerjaan.
Ketika
selesai melakukan wawancara dan hendak pulang, Gita melihat sosok
Yudhistira naik ke dalam bus. Sosok itu kembali menyebarkan kebaikan,
walaupun sosok tersebut merupakan seorang Direktur. Dalam senja yang
temaram, Gita kembali melihat sosok Mas Gagah yang menunggu bus. Wajah
Mas Gagah yang cerah.